Suatu malam ketiga minggu pertama di awal musim penghujan. Kabut telah turun menyelimuti jalan dengan membawa butiran uap air siap menyapu apa yang dilaluinya. Suara jangkrik dan binatang malam lainnya seakan memecah kebisuaan malam. Terlihat beberapa manusia bersarung penunggu gubug tengah larut dalam perbincangan mereka. Dari atas atap surau seekor burung gagak seakan memberi pesan dengan suara dan tatapannya mengamati segerombolan manusia yang berada dalam gubug. Di satu rumah dekat surau. Dari kejauhan nampak cahaya remang menyinari salah satu ruangan rumah itu. Disana tengah terjaga seorang anak berumur awal dua puluhan. Seperti setiap malam sebelumnya, ia terlihat penuh khusuk menulis lanjutan cerita. Walau di tengah cahaya remang tak membuatnya bergeming untuk berhenti menulis. Ia seakan hapal beberapa saat lagi ibunya akan datang untuk menegur dan menyuruhnya menyalakan lampu utama kamar. Dan benar saja dugaan Marwan, Ibunya datang “Wan, lampu utama k...
Pada satu sudut pertemuan tiga jalan di pusat kota, sepuluh blok setelah Au Manoir Saint-Germain des Prés Hotel, lima blok dari rumah sewa tempat ku tinggal yang jarang terjamah atau suatu ketika pernah ramai pada saat kejadian yang membuatku agak takut untuk mengingatnya kembali. Aku memilih rumah sewa ini, tentunya selain karena harga yang bersahabat bagi kantong salah satu penduduk Negara Republik Asia Tenggara. Fungsi lain rumah sewa ku tentunya adalah sebagai benteng penghangat dari suhu rendah di musim dingin serta cukup kuat untuk menghalau amukan badai pada suatu ketika aku mengalaminya. Dan tentunya itu salah satu dari beberapa pengalaman buruk yang pernah ku jumpai saat pertama kali aku minginjakan kaki di negara ini. Tentunya aku dituntut bekerja lebih giat, untuk memenuhi semua kebutuhan, namun itu lah keputusan yang harus diambil setiap hari kecuali pada hari minggu saat mental dan badanku butuh rehat sejenak. Dan sisi baiknya selain itu, tentunya semua je...